Naskah Drama: Pengertian, Unsur, dan Ciri-Ciri

Table of Contents
Naskah drama merupakan hasil olah kata yang tersusun apik, terdiri dari dialog yang hidup, penjelasan mendalam tentang setiap adegan yang berlangsung, dan pedoman panggung yang keseluruhan isinya bertujuan untuk sebuah pementasan. Naskah ini menjadi pusat acuan bagi sebuah pergelaran teater, sebab semua urutan peristiwa, identitas para pelaku, ketegangan yang dibangun, dan cara penutupan kisah dicurahkan melalui tatanan kalimat yang menuntut pemahaman mendalam dan pementasan dari aktor maupun sutradara.
 
 
Naskah drama tidak hanya berperan sebagai panduan teknis bagi suatu pementasan, namun juga sebagai bentuk luapan seni yang memperlihatkan dinamika kehidupan, etika sosial, dan perselisihan manusia pada berbagai kondisi dan kurun waktu. Dengan demikian, penyusunan naskah drama menuntut penguasaan struktur narasi, pengembangan watak tokoh, dan keahlian menciptakan percakapan yang dinamis serta mampu menyampaikan pesan secara efektif.

A. Pengertian Naskah Drama 

Berikut ini beberapa pengertian naskah drama menurut para ahli antara lain.
  • Menurut J.L. Styan, naskah drama adalah teks tertulis yang disusun khusus agar dapat dipertunjukkan di panggung teater, dan bukan dimaksudkan hanya untuk dibaca dalam hati.
  • Menurut Oscar Brockett, naskah drama adalah sebuah kerangka kerja menyeluruh untuk pertunjukan teater, meliputi percakapan karakter, arahan adegan, dan susunan plot yang keseluruhan tujuannya untuk ditampilkan di atas panggung.
  • Menurut Richard Hornby, naskah drama adalah teks yang mengandung dua dimensi, di mana satu sisi sebagai tulisan sastra yang lengkap, dan sisi lain sebagai rancangan yang siap untuk dihidupkan melalui pertunjukan.
  • Menurut Marvin Carlson, naskah drama adalah bagian tak terpisahkan dari narasi yang melebur dalam kebudayaan teater dan seni pementasan, menjadikannya lebih dari sekadar teks biasa.
  • Menurut Davud Edgar, naskah drama adalah rangkaian cerita yang diciptakan untuk menjadi penghubung antara gagasan pengarang dan pemahaman artistik dari para pelaksana teater, meliputi sutradara, pemeran, dan perancang panggung.

B. Unsur Naskah Drama

Berikut ini beberapa unsur dari naskah drama antara lain. 

1.    Tema

Tema adalah pemikiran utama yang menjadi dasar bagi keseluruhan alur cerita yang disajikan dalam sebuah naskah drama. Tema berperan sebagai tujuan utama yang berupaya dihadirkan oleh penulis bagi penonton atau pembaca, sebuah inti makna yang menyelimuti seluruh jalinan cerita. Contohnya saja, tema bisa mengangkat isu kasih sayang, keteguhan dalam menghadapi cobaan, ingkar janji yang menyakitkan, atau kesetaraan sosial yang diperjuangkan. Meskipun tidak selalu tertulis secara jelas, tema dalam naskah drama dapat teramati dengan cermat melalui pilihan kata dalam dialog, dinamika konflik yang terjadi, dan rangkaian peristiwa yang membentuk alur cerita. Karena membentuk arah dan maksud dari seluruh kejadian di dalam drama, keberadaan tema menjadi sangat berpengaruh.

2. Tokoh dan Penokohan

Dalam konteks drama, tokoh adalah para pemeran atau individu yang menggerakkan cerita, sedangkan penokohan merupakan metode menampilkan karakter tersebut, bisa lewat apa yang diucapkan, dilakukan, atau bahkan yang dipikirkan. Para tokoh dalam drama memiliki fungsi yang beragam, mulai dari tokoh utama (protagonis) yang menjadi pusat perhatian, tokoh penentang (antagonis) yang menciptakan konflik, hingga tokoh pendukung yang memperkaya alur kisah. Adapun penokohan dapat berbentuk karakter yang cenderung datar atau statis, tetapi bisa juga diperlihatkan dengan detail yang lebih rumit dan berkembang.  Melalui dialog dan tindakan, naskah drama membentuk karakter tokoh, dengan demikian penonton bisa mengerti kepribadian dan niat yang dimiliki oleh setiap tokoh tersebut.

3. Alur atau Plot

Alur adalah susunan peristiwa dan kejadian yang mengkonstruksi seluruh perkembangan cerita dalam drama, mengarahkan penonton pada suatu kesimpulan. Alur umumnya terdiri dari beberapa tahap utama, meliputi pengenalan tokoh dan latar, pemunculan konflik yang membangun ketegangan, klimaks sebagai puncak masalah, penurunan ketegangan, dan akhirnya penyelesaian cerita. Sebuah alur yang disusun dengan cermat akan menimbulkan ketegangan serta menggugah perasaan audiens secara perlahan. Alur memiliki fungsi mendasar dalam naskah drama karena bertindak sebagai penunjuk arah cerita dari awal sampai akhir, sekaligus mengendalikan ritme dan perkembangan pementasan.

4. Latar (Setting)

Latar merupakan komponen yang mencakup tempat, waktu, dan suasana yang melingkupi seluruh adegan maupun kejadian dalam sebuah drama. Dengan adanya latar, tindakan para tokoh dapat dipahami dengan lebih baik karena adanya gambaran situasi yang diberikan. Untuk latar tempat dapat digunakan berbagai lokasi nyata seperti rumah tinggal, lingkungan sekolah, atau area pasar, sedangkan latar waktu dapat mencakup periode tertentu seperti pagi hari, waktu lampau, atau masa yang akan datang. Bagian dari latar turut mencakup keadaan emosi, misalnya suasana yang mencekam, penuh duka, atau kebahagiaan yang terasa kuat. Latar biasanya dijelaskan secara rinci dalam naskah guna memudahkan sutradara dan aktor memahami kondisi yang dibutuhkan saat pertunjukan.

5. Dialog 

Dialog merupakan interaksi lisan yang dilakukan oleh para karakter dalam naskah drama, berfungsi sebagai alat untuk mengembangkan plot dan menampilkan kepribadian masing-masing tokoh. Dialog berfungsi sebagai media utama untuk menyuguhkan segala keterangan dalam drama, mencakup segala hal tentang alur, karakter, dan juga konflik yang membangun cerita. Selain itu, dialog juga menunjukkan gaya bahasa dan perasaan yang dimiliki oleh setiap tokoh dalam cerita. Penulisan dialog pada naskah drama bersifat apa adanya, tanpa disisipi penjelasan panjang lebar layaknya yang sering ditemukan dalam bentuk prosa. Dengan demikian, dialog yang baik amatlah penting bagi naskah, karena harus terasa wajar di telinga pendengar sekaligus sanggup menyalurkan makna kisah.

6. Konflik

Konflik merupakan sumber utama ketegangan yang membangun keseluruhan kisah dalam drama, dari awal hingga akhir. Konflik bisa berupa gesekan antara tokoh dengan tokoh lain, perjuangan batin yang dialami oleh tokoh itu sendiri, atau ketidaksesuaian tokoh dengan lingkungan yang melingkupinya. Jika tidak ada konflik, drama akan cenderung menjadi monoton dan kehilangan daya pikatnya di mata para audiens. Konflik berperan dalam menghadirkan rasa penasaran yang kuat, mendorong penonton untuk terus mengikuti alur cerita. Dalam sebuah naskah, konflik seringkali tumbuh perlahan menuju bagian paling tinggi dari cerita, kemudian secara bertahap memperoleh penutupan atau penyelesaian.

7. Amanat

Amanat merupakan nilai-nilai luhur atau pelajaran berharga yang hendak diungkapkan oleh penulis melalui setiap jalinan peristiwa dalam naskah drama. Amanat bisa jadi tidak langsung terlihat atau disampaikan secara eksplisit, namun seringkali memiliki hubungan yang kuat dengan gagasan pokok atau tema yang mendasari keseluruhan cerita. Penonton akan mencerna amanat dari perilaku tokoh, dampak yang dihasilkan oleh konflik, dan keseluruhan penutupan kisah yang disajikan. Amanat berperan menyajikan pelajaran hidup yang bisa menjadi bahan pemikiran bagi audiens setelah mengikuti drama.

C. Ciri-Ciri Naskah Drama

Berikut ini beberapa ciri-ciri dari naskah drama antara lain.

1. Berbentuk Dialog

Salah satu ciri utama dari naskah drama adalah penulisannya yang secara khusus mengambil bentuk percakapan langsung antar tokoh, bukan narasi panjang. Dialog mengisi posisi narasi dalam karya prosa dan berperan besar dalam menyuguhkan perkembangan alur, watak tokoh, dan permasalahan yang timbul. Setiap kalimat yang diucapkan tokoh mesti menampilkan sifat khasnya dan berfungsi untuk mengembangkan plot cerita. Lebih lanjut, dialog haruslah wajar dan terasa nyata demi memudahkan aktor dalam melafalkannya selama pementasan di atas panggung.

2. Memiliki Struktur Dramatis

Struktur khas pada naskah drama meliputi tiga bagian utama yaitu eksposisi (tahap pengenalan cerita), konflik (dari awal masalah sampai pada puncak ketegangan), dan resolusi (pemecahan semua persoalan). Dengan adanya struktur ini, alur cerita menjadi jelas dan berurutan, sehingga penonton lebih gampang menangkap setiap tahapan perkembangan kisah dari awal sampai selesai. Ketiadaan struktur ini mengakibatkan naskah drama menjadi datar, tanpa ketegangan yang berarti, serta tanpa tujuan cerita yang terdefinisi.

3. Mengandung Petunjuk Laku (Stage Direction)

Naskah drama memuat petunjuk laku atau arahan khusus yang tidak diucapkan oleh para tokoh, tetapi memiliki nilai signifikan untuk sutradara dan aktor di atas panggung. Petunjuk ini menyertakan rincian ekspresi wajah, pergerakan tubuh, posisi di atas panggung, suasana emosional, pencahayaan, dan elemen efek suara lainnya. Penulisan petunjuk ini seringkali menggunakan tanda kurung atau font miring, agar mudah dikenali sebagai arahan teknis. Petunjuk laku memiliki fungsi untuk memperlihatkan visualisasi dan emosi yang tepat dalam pementasan sebuah adegan.

4. Mengandung Unsur Konflik

Dalam setiap naskah drama, konflik selalu hadir sebagai komponen utama yang membentuk dan menggerakkan cerita. Konflik dapat berupa perselisihan antara tokoh dengan tokoh lain, pergulatan batin dalam diri tokoh itu sendiri, atau masalah antara tokoh dengan lingkungan tempat karakter berada. Dari konflik inilah tercipta sebuah intensitas dramatis yang secara efektif membuat penonton terpaku pada jalannya cerita. Sebuah cerita akan terasa begitu lesu dan tidak mampu membangkitkan emosi apa pun bila unsur konfliknya tidak ada.

5. Tokoh dan Penokohan Jelas

Setiap tokoh dalam naskah drama dirancang memiliki fungsi yang terperinci, dibarengi dengan gambaran kepribadian yang begitu jelas dan penuh identitas. Pembentukan penokohan dalam drama tercipta dari percakapan antar tokoh dan gerak-gerik yang diperankan, tidak bergantung pada uraian panjang yang lazim ditemui pada karya fiksi novel. Sangat penting bagi setiap tokoh untuk mempunyai arah yang pasti, dorongan yang spesifik, dan cara bertutur yang berbeda agar audiens dapat memahami perannya. Kualitas pementasan sebuah drama sepenuhnya ditentukan oleh kekuatan para tokoh dan dinamika hubungan yang terjalin di antara mereka.

6. Bersifat Audiovisual

Dirancang khusus untuk pementasan, naskah drama bersifat audiovisual yang berarti bergantung penuh pada aspek suara (audio) dan citra (visual) untuk penyampaiannya. Dengan demikian, setiap bagian dari narasi ini mesti dapat diwujudkan melalui aksi yang tampak, suara yang terdengar, serta tampilan visual yang bisa diamati oleh penonton. Hal ini menyiratkan bahwa penulis naskah dituntut untuk mengatur strategi bagaimana kisah itu akan divisualisasikan saat pertunjukan berlangsung di panggung atau ditampilkan di layar.

7. Memiliki Batasan Waktu dan Tempat

Batas durasi waktu dan tempat kejadian dalam naskah drama seringkali jauh lebih terbatas daripada yang biasa ditemukan pada karya sastra lain. Dalam konteks pementasan, sulit untuk menampilkan pergantian latar yang signifikan atau rangkaian peristiwa yang terlalu pelik. Dengan demikian, penulis naskah mesti cermat menuturkan kisah yang kuat dalam lingkup ruang dan waktu yang terbatas, namun tetap dapat memicu respons emosional dari penonton.

Referensi:
 
Endraswara, Suwardi. 2011. Metode Pembelajaran Drama (Apresiasi, Ekspresi, dan Pengkajian). Penerbit CAPS. Sleman.