Mengenal Jenis-Jenis Wayang di Indonesia (Bagian Kedua)
Table of Contents
Artikel ini merupakan sambungan dari mengenal jenis-jenis wayang di Indonesia bagian pertama.
Sebelumnya sudah dijelaskan mengenal jenis-jenis wayang di Indonesia pada bagian pertama. Pada kesempatan ini, hanya menambahkan jenis-jenis wayang di Indonesia pada bagian sebelumnya yang belum rampung. Berikut ini jenis-jenis wayang di Indonesia antara lain.
1. Wayang Keling Pekalongan
Satu diantara seni tradisional yang tumbuh di kawasan Pekalongan ialah wayang keling. Wayang keling Pekalongan tersebut erat terkait dengan datangnya dan tumbuhnya agama Islam yang disiarkan oleh mereka yang sebagai Wali Songo di Pulau Jawa, mendekati kejatuhan kerajaan Majapahit pada tahun 1400 M.Wayang keling Pekalongan mempunyai karakteristik tersendiri yang menunjukkan terdapat perbedaan dengan wayang kulit yang umumnya di pergelarkan di Yogyakarta dan Surakarta. Karakteristik tersendiri ini terlihat pada wujudnya yang dominan. Wayang keling bersanggul (berlingkar) capit urang, tak mencapai ubun-ubun, sebaliknya lingkar wayang kulit mencapai ubun-ubun.
2. Wayang Krucil
Wayang krucil mempunyai wujud yang nyaris sama dengan wayang klitik. Wayang krucil dan wayang klitik dibuat dari kayu yang tipis serta rata. Hal yang berbeda ada pada alur ceritanya. Wayang krucil mengangkat kisah dari Damarwulan, tidak ada hubungan dengan Ramayana atau Mahabharata layaknya wayang klitik. Perdana muncul, wayang krucil dibuat oleh Pangeran Pekik dari Surabaya. Pada mula pembuatannya, wayang krucil terbuat dari kulit. Dikenal dengan wayang krucil disebabkan wayang tersebut memiliki ukuran kecil. Khas dari wayang ini yakni pegangan wayang krucil tidak sama dengan wayang lainnya. Wayang krucil mempunyai pegangan yang dibuat dari kelebihan bahan yang dipakai untuk badan wayang. Walaupun wayang krucil beberapa yang dibuat dari kulit, namun wayang tersebut berlainan dengan wayang kulit. Wayang krucil cuma mempunyai 3 milimeter untuk tebalnya, sebaliknya wayang kulit jauh lebih tebal yakni 2 hingga 3 centimeter. Format wayang krucil lebih mendekati ke format tiga dimensi. Maka dari itu sosok berbagai karakter pada wayang krucil memperoleh kesan lebih hidup daripada figur karakter wayang kulit.Pada pertunjukannya, wayang krucil mengusung kisah dari cerita era Panji Kudalaleyan di Pajajaran sampai era Prabu Brawijaya di Majapahit. Namun, adakalanya wayang krucil juga mengangkat kisaj wayang menak dan wayang purwa. Terlebih lagi, wayang krucil juga mempertunjukkan kisah daru Babad Tanah Jawa. Berbagai tokoh karakter dalam wayang krucil berupa berbagai tokoh karakter kisah Damarwulan layaknya Damarwulan, Prabu Kencanawungu, Menakjingga, Logender, Layang Seta, Layang Kumitir, dan berbagai karakter lainnya. Total wayang krucil terdapat 73 buah (1 unit lengkap) dan terdapat juga gamelan. Gamelan yang dipakai untuk menyertai pementasan wayang krucil begitu sederhana, sesuai laras slendro dan memakai irama playon bangomati (sprepegan). Akan tetapi, kadang wayang krucil memakai berbagai gending ageng.
3. Wayang Madya
Wayang madya adalah himpunan dari berbagai unsur yang telah tersedia sebelumnya. Wayang madya mempunyai wujud yang khas. Badan wayang sisi tengah ke atas berbentuk wayang purwa sedangkan badan wayang sisi ke bawah berbentuk wayang gedog.Wayang madya mengisahkan cerita dari meninggalnya Prabu Yudayana hingga Prabu Jayalengkara menjadi raja. Satu diantara kisah wayang madya yang sangat populer berasal dari Serat Anglingdarma. Serat Anglingdarma yang orisinal ada di Sasana Pustaka Keraton Surakarta. Wayang madya tidak ada waktu untuk berkembang di luar area Pura Mangkunegaran. Akan tetapi, berbagai figur tokoh diketahui sampai keluar Mangkunegaran, layaknya Anglingdarma dan Batik Madrim, sebagai patihnya. Para karakter tokoh dalam wayang madya diilustrasikan dengan memakai rambut yang telah diuraikan ke bawah. Wayang madya tidak sama sekali yang dirancang dengan memakai pakaian gelung cupit dan praba.
4. Wayang Menak
Wayang menak atau dikenal pula wayang golek menak ialah wayang yang berwujud boneka layaknya wayang golek. Wayang tersebut dibuat oleh Ki Trunadipa, seorang dalang berasal dari Baturetna, Surakarta, pada era kekuasaan Mangkunegara VII. Wayang menak dirancang dengan kemauan Kanjeng Ratu Mas Blitar, istri raja Sunan Paku Buwana I pada tahun 1717 masehi. Asal usul kisah wayang menak bersumber dari kitab Menak. Kitab menak bersumber dari Persia, namun kerangka kisahnya di negeri Arab. Wayang menak mengisahkan Wong Agung Jayang Rana atau Amir Ambyah (Amir Hamzah), paman Nabi Muhammad SAW.Meskipun karakter figur kisahnya adalah orang Arab, namun wayang menak diilustrasikan hampir sama dengan wayang kulit purwa. Perihal yang dominan dari wujud wayang tersebut adanya kuluk, sumping, dan jamang. Walaupun begitu, jubah dan ikat kepala berupa sorban Arab juga dipakai dalam pengerjaan wayang menak.
5. Wayang Orang
Wayang orang disebut juga dengan sebutan wayang wong (Jawa). Pementasan wayang tersebut tidak dipertunjukkan dengan memakai boneka. Melainkan dipertunjukkan dengan serta merta oleh manusia. Seorang pemeran wayang orang umumnya mempunyai kemahiran menari, bernyanyi lagu Jawa atau nyinden dan bersandiwara.Perlu diketahui, gamelan yang dipakai dalam pementasan wayang orang serupa layaknya gamelan yang dipakai dalam wayang kulit, yakni pelog dan slendro. Akan tetapi, terkadang cuma menggunakan slendro saja. Durasi pementasan wayang orang lazimnya kira-kira 7 hingga 8 jam untuk satu cerita dan dipentaskan pada malam hari.
6. Wayang Purwa
Wayang purwa adalah wayang yang sangat terkenal luas di masyarakat sampai kini. Wayang purwa menyebar nyaris di semua daerah Pulau Jawa dan kawasan perpindahan tempat tinggal (transmigrasi). Terlebih lagi, wayang ini juga dikenal di negara Suriname, negara yang berada di Benua Amerika tepatnya bagian selatan.Wayang purwa berupa sejumlah gaya (gagrak)yakni gagrak Kasunanan, Mangkunegaran, Ngayogyakarta, Banyumasan, dan terdapat juga gagrak Jawatimuran, Kedu, dan Cirebon. Wayang ini menghadapi transisi pada era wali songo. Ulama-ulama Islam membarui pandangan Hindu dalam kisah wayang tersebut membuatnya jadi ke ajaran Islam. Terlebih lagi, wujud wayang purwa juga dimodifikasi tidak mirip manusia. Jimat Kalimasada punya Puntadewa adalah senjata yang diciptakan oleh para wali. Demikian pula dengan Sang Hyang Giri Nata, yang mana sebagai manifestasi dari Sunan Giri, satu diantara Wali songo.
7. Wayang Suket
Wayang suket adalah wayang yang dibuat dari suket atau rerumputan. Maka dari itu jenis wayang tersebut disebut wayang suket. Suket atau rerumputan yang umumnya dipakai untuk membentuk wayang suket yakni rumput gajah, rumput teki, ataupun mendhong (semacam alang-alang yang lazimnya dirajut sebagai tikar). Jenis rumput ini mempunyai struktur yang kokoh dan panjang maka dari itu gampang untuk dibuat. Dalam membedakan antara karakter tokoh yang satu dengan karakter tokoh yang lain begitu rumit disebabkan wujudnya nyaris seragam. Wayang suket tidak memiliki wujud dasar layaknya wujud karakter tokoh wayang kulit. Akan tetapi, wayang yang dibuat dari rumput tersebut bisa dibawakan dengan tangan.Wayang suket dibuat oleh Slamet Gundono yang sebagai seorang ahli seni wayang kulit dari Tegal. Ia juga menyusun wayang suket dengan menarik sebagai karya baru dalam ranah pewayangan. Wayang suket tidak tidak menghadirkan berbagai kisah yang terkenal luas berasal dari kitab Ramayana atau Mahabharata. Wayang tersebut pun mengusung berbagai cerita kebiasaan sehari-hari. Cerita yang kerap kali dipergelarkan pada pertunjukan wayang suket, di antaranya Bibir Merah Banowati, Limbuk Ingin Merdeka, Sukesi atau Rahwana lahir, dan Kelingan Lamun Kelangan.
8. Wayang Kulit Gagrag Banyumasan
Wayang kulit gagrag Banyumasan adalah wayang kulit yang formatnya nyaris menyerupai dengan wayang kulit secara umum. Kisah yang dipergelarkan juga mengangkat cerita dari Ramayana dan Mahabharata. Gagrag dapat diinterprestasi versi ataupun gaya. Gagrag adalah sebutan yang dipakai dalam ranah pedalangan untuk membedakan pembawaan pedalangan antara kawasan yang satu dengan kawasan lain. Pada prinsipnya wayang kulit gagrag Banyumasan serupa dengan wayang kulit gagrag Yogyakarta atau Surakarta. Perihal yang berbedanya cuma berada pada proses dalang menyajikan pementasan wayang kulit ini.Wayang gagrag Banyumasan memiliki karakteristik unik dalam pengisahan. Kisahnya lebih menguraikan kapasitas rakyat kecil yang diaktualkan dalam karakter punakawan. Tentang hal mengenai kisah yang kerap kali dipertunjukkan, di antaranta Petruk Krama dan Bawor Dadi Ratu. Lebih jauh, wayang gagrag Banyumasan lebih memperlihatkan karakter pemuda-pemuda dalam mengatasi berbagai kasus dan persoalan. Perihal tersebut kontras dengan wayang gagrag Surakarta dan Yogyakarta yang lebih mementingkan berbagai karakter figur tua dalam mengatasi persoalan. Satu diantara contoh karakter pemuda dalam mengatasi persoalan yakni kisah Srikandi Mbarang Lengger yang mana sebagai penerusan dari kisah Srenggini Takon Rama.
Demikian penjelasan mengenal jenis-jenis wayang di Indonesia (bagian kedua). Semoga bermanfaat untuk semua yang membaca postingan ini.
Referensi:
Wibisana, Bayu., Herawati, Nanik. 2010. Mengenal Wayang. PT. Intan Pariwara. Klaten.