Beberapa Teori Inflasi yang Perlu Diketahui
Table of Contents
Teori Inflasi. Laju inflasi merupakan gejala ekonomi yang umum berlangsung pada suatu aktivitas ekonomi. Inflasi akan membuatnya jadi sebuah permasalahan ekonomi yang kronis bila terjadi dalam kurun waktu yang panjang dan ada di tingkat yang tinggi. Menurut teori inflasi diinterprestasi dengan meningginya berbagai harga barang secara universal dan berkelanjutan. Dengan demikian, lonjakan yang berlangsung pada sekelompok barang secara minim masih belum dimaknai sebagai inflasi. Begitu pula fluktuasi harga yang berlangsung sekali saja juga masih belum dapat dimaknai sebagai inflasi.
Inflasi termasuk perkara yang membutuhkan atensi tambahan supaya tidak berlangsung secara berkelanjutan. Untuk memahami inflasi yang berlangsung, bisa dipraktikkan dengan mengamati satu diantara aspek di dalamnya yakni teori inflasi. Berikut ini beberapa teori inflasi antara lain.
1. Teori Kuantitas (Quantity Theory)
Teori kuantitas merupakan teori paling tua yang menelaah mengenai inflasi. Akan tetapi, teori kuantitas dalam progresnya mendapat pengembangan oleh para pakar ekonomi dari Universitas Chicago. Maka, teori tersebut diketahui sebagai model kaum moneteris atau monetarist models. Berdasarkan teori kuantitas inflasi diakibatkan oleh berbagai hal antara lain.- Kuantitas uang yang berlaku dalam masyarakat bertambah.
- Aspek psikologis publik merupakan kehendak atau ekspektasi publik tentang lonjakan harga barang akan munculnya inflasi.
Sementara, jika masyarakat pada umumnya mempunyai asumsi tentang harga barang di masa depan bakal mengalami lonjakan, oleh karena itu membuatnya jadi terpengaruh untuk lekas mengadakan pembelian barang. Kondisi yang satu ini umumnya sampai-sampai melahirkan lonjakan harga barang yang kian cepat. Kondisi ini kontradiksi dengan fenomenanya jika masyarakat telah mulai mendalami inflasi. Masyarakat tak akan berkenan menyimpan atau menabung uangnya, malahan uangnya diperuntukkan untuk membeli barang.
2. Teori Keynes
Berdasarkan teori keynes, inflasi terbentuk disebabkan oleh suatu masyarakat yang hendak hidup di luar batas kapasitas ekonomisnya. Perihal tersebut mewujudkan rivalitas antarkelompok untuk memperoleh komponen yang kian besar dari yang dapat disuplai oleh khalayak ramai untuk menggenapi keinginannya.Dalam hal ini, permintaan efektif pada publik akan berbagai barang atau permintaan agregat senantiasa melampaui kuantitas berbagai barang yang sudah ada atau penawaran agregat. Kondisi inilah yang dikenal dengan celah inflasi (inflactionary gap). Keadaan terbatasnya kuantitas suplai barang (penawaran agregat) ini muncul, sebab dalam kurun waktu yang pendek volume produksi tidak bisa diperluaskan untuk memperseimbangkan lonjakan permintaan agregat. Maka, golongan moneteris berpendapat kalau teori keynes lebih selaras diaplikasikan untuk menerangkan gejala atau fenomena inflasi dalam kurun waktu yang singkat.
Perlu diperhatikan kemampuan beli antara kalangan yang terdapat di masyarakat tidak beragam atau heterogen, sehingga bakal berpotensial berlangsung realokasi berbagai barang. Dengan kata lain, berbagai barang yang sudah ada dari kalangan masyarakat yang mempunyai kemampuan beli cukup minim digerakkan kepada kalangan masyarakat yang mempunyai kemampuan beli yang sangat besar.
Kondisi tersebut akan selalu berlangsung di khalayak ramai. Jadi, laju inflasi cuma akan reda jika satu diantara kalangan masyarakat tidak bisa lagi mendapatkan dana atau tidak mempunyai kemampuan beli (daya beli) untuk mengeluarkan dana untuk biaya pembelian barang pada level harga yang resmi diberlakukan. Dan, alhasil permintaan efektif pada publik secara menyeluruh sudah tidak melampaui supply barang atau celah inflasi melenyap.
3. Teori Struktrural
Teori Struktural umumnya diikuti oleh berbagai negara berkembang. Perihal tersebut melalui analisis atau penelaahan tentang inflasi di berbagai negara berkembang yang mengindikasikan kalau inflasi tidak hanya merupakan gejala atau fenomena moneter, namun juga merupakan gejala struktrural atau istilah asingnya cost push inflation.Lazimnya, sistem ekonomi di berbagai negara berkembang relatif berpola agraris. Guncangan berupa gejolak ekonomi yang berasal dari dalam negeri atau berbagai perihal yang mempunyai korelasi dengan hubungan luar negeri bisa mengakibatkan naik-turun harga di pasar dalam negeri.
Guncangan ekonomi yang berasal dari ranah domestik bisa dalam bentuk gagal panen yang dikarenakan oleh faktor dari luar layaknya perubahan musim yang terlampau cepat dan musibah berupa bencana alam. Sementara itu, berbagai hal yang berkolerasi dengan hubungan luar negeri bisa dalam bentuk keadaan bertambah buruknya term of trade, kewajiban berupa utang luar negeri, dan nilai tukar valuta asing. Adapun, gejala struktural yang diakibatkan oleh disparitas atau hambatan struktural dalam kegiatan perekonomian di negara berkembang, kerap dikenal dengan sebutan structural battlenecks.
Strucktural battleneck paling utama terjalin dalam tiga situasi yakni supply dari bidang pertanian, persediaan valuta asing, dan pengeluaran pemerintah.
Demikian penjelasan beberapa teori Inflasi yang perlu diketahui. Semoga bermanfaat untuk semua yang membaca postingan ini.
Referensi:
Kartini, Sri. 2019. Mengenal Inflasi. Penerbit Mutiara Aksara. Semarang.
Yuliadi, Imamudin. 2008. Ekonomi Moneter. PT Indeks. Jakarta.