Serat Pangan: Pengertian, Klasifikasi, dan Manfaat
Daftar Isi
Serat pangan adalah ungkapan khusus berupa istilah umum untuk gabungan heterogen unsur pangan yang tidak dihidrolisis dalam usus halus. Sementara itu, serat pangan dipakai untuk mencitrakan sistem pendukung dari dinding sel tanaman dan unsur yang berhubungan erat dengan serat. Unsur khusus serat pangan atau serat makanan mencakup hemiselulosa, selulosa, pektin, musilage, lignin dan berbagai gum. Seluruhnya ini terkecuali lignin merupakan polisakarida. Variabilitas serat pangan mempunyai keanekaragaman dampak fisiologisnya.
Serat pangan bukanlah satu larutan yang khas, namun sekumpulan himpunan dari banyak larutan yang didapatkan makanan nabati layaknya sayuran, buah-buahan, kacang-kacangan, dan biji-bijian. Simpelnya, serat bisa dimaknai sebagai karbohidrat yang tidak bisa dicerna seutuhnya di usus manusia.
A. Pengertian Serat Pangan
Berikut ini pengertian serat pangan menurut para ahli antara lain.- Menurut Anik Herminingsih, serat pangan adalah sesuatu yang tertinggal berupa sisa dari dinding sel tumbuhan yang tidak tercerna oleh zat enzim pencernaan manusia yakni mencakup selulosa, hemiselulosa, lignin, pektin, oligosakarida, gum, dan lapisan lilin.
- Menurut Meyer, serat pangan adalah serat sebagian aspek terstruktur dari materi pangan yang digunakan untuk dikonsumsi dalam keseharian dengan sumber utama dari sayuran, buah-buahan, tanaman, sereal, kacang-kacangan.
- Menurut Stephen AM dkk, serat pangan adalah sekumpulan senyawa yang didapatkan pada tumbuh-tumbuhan tentunya tidak bisa sepenuhnya dicerna oleh usus manusia.
B. Klasifikasi Serat Pangan
Berikut ini beberapa klasifikasi serat pangan antara lain.1. Lignin
Lignin adalah polimer aromatik dengan bobot molekul kira-kira 10.000 menurut alkohol coniferil dan alkohol sinapil. Umumnya ada di jaringan tumbuhan berkayu. Lantaran nyaris bisa dicerna, lignin lazimnya diklasifikasikan sebagai aspek dari serat pangan. Sumber lignin ada pada vanili komersial dan materi kimia aromatik lainnya. Selain itu lignin ditemukan dalam sayuran akar layaknya wortel, lobak dan kacang-kacangan.2. Selulosa
Selulosa umumnya diketahui dan tersalurkan paling banyak dan hanya unsur yang memang memiliki serat pada dinding sel tumbuhan. selulosa pun mempunyai karakteristik mengikat air dengan kisaran 0,4 g airn per gram selulosa, dan hal itu menerangkan potensinya untuk menambah bobot kotoran saat disertakan ke makanan.3. Hemiselulosa
Hemiselulosa adalah senyawa yang bersumber dari polisakarida tanaman dan sekaligus tergolong dalam rantai dasar yang memuat kandungan sisa berupa residu dari D-xylose, D-manosa, D-Glukosa, atau D-galaktosa dan glycosil lain rantai bersimpang terikat dengan rantai dasar ini. Proses memurnikan hemiselulosa dilangsungkan searah dengan daya larut basa yang memiliki perbedaan dengan selulosa. Kandungan dan susunan dari hemiselulosa memiliki perbedaan pada lingkup berbagai tumbuhan. Lazimnya hemiselulosa merupakan glukan pada lingkup matrik sel, dengan unsur yang bersifat esensial yakni xiloglukan, mannan, xilan, glukomanan, kalosa, galaktomannan dan lain sebagainya.4. Gum
Gum pada tumbuhan yang mempunyai susunan-susunan dan mempunyai ragam antara spesies. Tata susun berupa komposisi dan dimensi ukuran molekul polisakarida memiliki perbedaan, tergantung pada genotipe sumber tumbuhan, keadaan kehidupan sekitar selama pengembangan tumbuhan dan umur ketika panen. Atas dasar itulah susunan gum pada tumbuhan dicermati dalam kadar atau perbandingan unsur monosakarida utama, yang bisa memberi substituen-substituen tentunya bersifat minor.5. Musilage
Musilage adalah polisakarida yang umumnya memuat asam galakturonat, galaktosa, arabinosa dan xilosa. Secara sistemis, musilage hampir mirip dengan hemiselulosa dan berbaur dalam air, yang didapatkan layaknya berlendir atau senyawa koloid.C. Manfaat Serat Pangan
Dalam kesempatan ini hanya menjelaskan manfaat serat pangan bagi kesehatan. Berikut ini manfaat serat pangan bagi kesehatan antara lain.1. Hipokolesterolemia
Sejumlah observasi sudah diselenggarakan untuk mengambil keputusan bahwa serat mempunyai dampak hipokolesterolemik lantaran bisa mengubah kuantitas sterol dalam tubuh. Serat pangan mengurangi tingkatan kolesterol darah dengan menghalang-halangi penyerapan kolesterol dalam makanan. Akan tetapi, tidak sewajarnya bahwa hipokolestrerolemia diinduksi oleh serat pangan. Proses menurunnya penyerapan kolesterol eksogen disebabkan kolesterol tersebut sekadar mewakili seperempat sampai sepertiga dari kolesterol dalam tubuh dan proses transformasi substansial pada lingkup proporsi yang terserap masih akan mewakili kuantitas yang cukup kecil. Sejumlah serat bisa mengurangi proses dalam menyerap kolesterol pangan dengan mengubah komposisi asam empedu. Pektin dan oat bran mendongkrak bagian atau porsi dari jumlah keseluruhan asam empedu deoksikolat.Pada umumnya serat pangan cepat difermentasi dan berharap bisa mendongkrak Short Chain Fatty Acid (SCFA) ke dalam darah. Walaupun begitu, berbagai informasi berupa data observasi dengan objek manusia dan penelitian hewan sebagai percobaan, tidak seluruhnya menunjang peran short chain fatty acid pada lingkup proses penurunan kolesterol serat pangan. Bila dilihat secara in vitro, biosintesis kolesterol dalam hati dari asetat dihalangi oleh senyawa propionate.
2. Kanker Kolon
Memakan serat pangan bisa mendatangkan hasil berupa SCFA (Short Chain Fatty Acid), perolehan yang didapat dari fermentasi mencakup, propionat, asetat, dan butirat. Proses dalam menyerap SCFA pada bagian kolon tidak lepas dari konsentrasi. Proses SCFA untuk melewati mukosa kolon dengan mekanisme difusi pasif ke sel mukosa. Short Chain Fatty Acid (SCFA) merupakan nutrisi untuk mukosa kolon. Perlu diketahui, dalam sel kolon manusia, butirat dengan cara yang aktif dimetabolisme untuk mendapatkan karbon dioksida dan keton body, tentunya turut membantu kira-kira 80% dari konsumsi oksigen sel kolon. Butirat nyaris seluruhnya dikonsumsi oleh mukosa kolon, sementara itu asetat dan propionat turut masuk ke sirkulasi portal, mengintensifkan dampak serat pangan di luar organ usus.Butirat bisa membuatnya jadi suatu unit pelindung utama pada lingkup karsinogenesis kolon. Impresi pada sel kolon yang umum secara in vitro dan in vivo diinduksi oleh butirat. Sementara itu, butirat menghalangi proses tumbuh kembang neoplastik sel kolon dan menghalangi hiperproliferasi preneoplastik dikarenakan oleh sejumlah promotor tumor secara in vitro. Butirat melakukan induksi diferensiasi sel kanker usus besar dan mengoordinasikan manifestasi molekul yang berperan serta dalam proses tumbuh kembang sel kolon.
Akibat dari butirat pada sel tumor kolon bila ditinjau secara in vitro bertolak belakang dengan yang diindikasikan secara in vivo. Butirat rupanya mempunyai dua dampak bertolak belakang yakni memiliki peranan sebagai sumber energi yang bersifat elementer untuk sel epitel kolon normal dan menstimulasi perkembangan mukosa kolon, akan tetapi dalam sel tumor kolon menghalangi perkembangan dan menginduksi diferensiasi dan apoptosis. Saat short chain fatty acid tidak konsisten, selanjutnya bisa diserap dengan segera dari lumen.
3. Diabetes
Berbagai klasifikasi serat mempunyai potensi dalam mengintensifkan kendali diabetes secara singkat menurut kurun waktu. Serat pangan yang mempunyai kelekatan tinggi layaknya guar gum tentunya paling bisa mengubah kadar proses dalam menyerap glukosa yang ada di dalam organ pencernaan. Serat memberikan transformasi yang memiliki kegunaan dalam proses metabolisme karbohidrat.Pemakaian serat untuk dikonsumsi dalam kurun waktu yang lama memberikan manfaat pada pengidap diabetes. Perihal tersebut berkaitan dengan deselerasi kadar penyerapan karbonhidrat dalam organ pencernaan. Deselerasi dalam proses menyerap karbonhidrat barangkali didapatkan dengan penambahan klasifikasi dari serat pangan yang kelekatannya tinggi, pemakaian pangan untuk dikonsumsi dengan indikator glisemik yang minim, proses meningkatnya frekuensi makan, atau campur tangan farmakologis dengan inhibitor amilase layaknya acarbose.
Demikian penjelasan serat pangan: pengertian, klasifikasi, dan manfaat. Semoga bermanfaat untuk semua yang membaca postingan ini.
Referensi:
Widyaningsih, Tri Dewanti., Wijayanti, Novita., Nugrahini, Nur Ida Panca. 2017. Pangan Fungsional Aspek Kesehatan, Evaluasi, Dan Regulasi. UB Press (Universitas Brawijaya Press (UB Press). Malang.