Mobilitas Sosial: Pengertian, Faktor Penghambat, dan Faktor Pendorong

Table of Contents
Mobilitas sosial merupakan sebuah fenomena yang terjadi dalam masyarakat, di mana individu atau kelompok mengalam perpindahan status sosial. Mobilitas sosial ini dapat terjadi secara vertikal maupun horizontal. Mobilitas vertikal menunjukkan peralihan status sosial yang menonjol, di mana individu atau kelompok berpindah dari satu kelas sosial ke kelas sosial lain yang tidak setara. Sedangkan,  mobilitas horizontal menunjukkan pergeseran internal dalam lapisan sosial yang sama, seperti ketika seorang karyawan berpindah dari satu perusahaan ke perusahaan lain tanpa mengalami perubahan status sosial yang signifikan.
 
 
Mobilitas sosial dapat membantu mengurangi kesenjangan sosial dan ekonomi dalam masyarakat, sehingga tercipta keadilan sosial yang lebih merata. Tak hanya itu, kemudahan berpindah kelas sosial dalam masyarakat yang mobilitasnya tinggi memungkinkan individu untuk meraih kehidupan yang lebih baik. Dengan adanya mobilitas sosial, produktivitas maupun inovasi akan meningkat, dan ketimpangan sosial pun akan berkurang.

A. Pengertian Mobilitas Sosial

Berikut ini beberapa pengertian mobilitas sosial menurut para ahli antara lain.
  • Menurut Pititim A. Sorokin, mobilitas sosial adalah fenomena perpindahan individu atau kelompok dari satu strata sosial ke strata sosial lainnya dalam struktur sosial masyarakat.
  • Menurut Robert K. Merton, mobilitas sosial adalah perpindahan individu atau kelompok dari satu tingkat sosial ke tingkat sosial lainnya dalam struktur masyarakat.
  • Menurut Anthony Giddens, mobilitas sosial adalah suatu kemampuan individu atau kelompok untuk berpindah posisi dalam stratifikasi sosial.
  • Menurut Kingsley Davis dan Wilbert E. Moore, mobilitas sosial adalah proses pendistribusian peran sosial berdasarkan kecakapan dan bakat individu.
  • Menurut Raymond W. Murray, mobilitas sosial adalah suatu fenomena yang menggambarkan pergerakan individu atau kelompok dari satu status sosial ke status sosial lainnya.
 

B. Faktor Penghambat Mobilitas Sosial

Berikut ini beberapa faktor penghambat dari mobilitas sosial antara lain.

1. Stratifikasi Sosial

Masyarakat terbagi dalam kelompok-kelompok sosial berdasarkan stratifikasi yang ditentukan oleh kekayaan, pendidikan, dan status sosial. Sistem stratifikasi yang tidak memungkinkan perubahan status sosial, seperti sistem kasta di India menjadi faktor penghambat utama mobilitas sosial. Kesempatan individu untuk mencapai potensi penuhnya dibatasi oleh sistem yang tidak adil ini. lebih lanjut, Stratifikasi sosial yang tidak setara dapat menghambat mobilitas sosial, meskipun pendidikan dan kerja keras merupakan faktor penting untuk mencapai kemajuan.

2. Pendidikan

Pendidikan berperan penting dalam mobilitas sosial, namun kesenjangan akses terhadap pendidikan dapat menghambat kemajuan individu. Ketidaksetaraan dalam akses terhadap pendidikan berkualitas dapat melahirkan generasi penerus yang kurang siap menghadapi tantangan masa depan. Selain itu, keterbatasan akses terhadap pendidikan tinggi dapat menyempitkan peluang kerja dan pendapatan, sehingga individu terjebak dalam kelas sosialnya.
 

3. Diskriminasi

Ras, gender, agama, dan latar belakang etnis tidak boleh menjadi alasan untuk mendiskriminasi individu, karena hal ini dapat menghambat mobilitas sosial. Diskriminasi dapat terjadi di mana saja, termasuk dalam dunia kerja, di sekolah, dan saat mengakses layanan, sehingga penting untuk melawan segala bentuk diskriminasi. Diskriminasi ini dapat menghambat potensi penuh kelompok minoritas, membatasi aksesnya ke peluang kerja yang lebih baik dan pendidikan tinggi.

4. Struktur Ekonomi

Peluang individu untuk meningkatkan kelas sosialnya melalui mobilitas sosial terkait erat dengan struktur ekonomi negara. Sistem ekonomi yang berpusat pada pekerjaan informal dan upah rendah tidak memungkinkan individu untuk meningkatkan kelas sosialnya. Struktur pekerjaan yang didominasi oleh low-skilled jobs dengan minimnya prospek pengembangan akan membatasi individu untuk mencapai kemajuan sosial dan ekonomi. Sistem ekonomi yang stagnan dan tidak menyediakan peluang pengembangan profesi individu dapat menjadi hambatan bagi mobilitas sosial.

5. Kebijakan Pemerintah

Kebijakan pemerintah memiliki pengaruh besar terhadap peluang mobilitas sosial individu. Kebijakan yang tidak berpihak pada rakyat, seperti alokasi dana yang tidak proporsional untuk pendidikan dan kesehatan, dapat memperparah ketidakadilan maupun menghambat mobilitas sosial. Sedangkan, kebijakan yang mendorong akses terhadap pendidikan berkualitas, layanan kesehatan yang mudah diakses, dan peluang kerja yang adil tentunya dapat membuka jalan bagi mobilitas sosial yang lebih luas.
 

6. Keluarga dan Lingkungan

Keberadaan keluarga dan lingkungan yang suportif menjadi salah satu faktor penentu mobilitas sosial seseorang. Anak-anak yang dibesarkan di lingkungan kurang kondusif, dengan akses terbatas terhadap pendidikan dan kesehatan, serta dikelilingi oleh kekerasan maupun kejahatan tentunya lebih rentan terjebak dalam mobilitas sosial yang rendah. Tidak hanya itu saja, dukungan keluarga untuk meningkatkan mobilitas sosial anak-anak terkendala oleh keterbatasan finansial dan minimnya koneksi dengan komunitas.

7. Budaya dan Nilai Sosial

Mobilitas sosial individu diwarnai oleh interaksi antara budaya dan nilai-nilai sosial yang berlaku di masyarakatnya. Masyarakat dengan nilai-nilai tradisional yang kental dan berpegang teguh pada struktur sosial yang mapan umumnya memiliki tingkat mobilitas sosial yang lebih rendah. Budaya yang menjunjung tinggi pendidikan, kerja keras, dan kreativitas membuka peluang yang lebih luas bagi mobilitas sosial individu. Akan tetapi, upaya untuk mengubah budaya memerlukan waktu dan komitmen yang besar dan hal ini dapat menjadi kendala dalam mencapai mobilitas sosial secara cepat.
 

C. Faktor Pendorong Mobilitas Sosial

Berikut ini beberapa faktor pendorong dari mobilitas sosial antara lain.

1. Pendidikan

Meningkatkan kualitas pendidikan menjadi kunci untuk mendorong mobilitas sosial dan meningkatkan taraf hidup masyarakat. Pendidikan menjadi sarana bagi individu untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan kualifikasi yang menunjang performa kerja maupun pencapaian status sosial yang lebih tinggi. Dengan menempuh pendidikan yang berkualitas, individu dapat membuka akses terhadap berbagai kesempatan, termasuk pekerjaan dengan gaji yang lebih besar dan status sosial yang lebih terhormat. Di Samping itu, pendidikan berperan penting dalam meningkatkan literasi individu, menumbuhkan pemikiran kritis, dan memperkuat kemampuannya untuk merespons perubahan sosial maupun ekonomi.

2. Pekerjaan

Jenis pekerjaan yang dipilih individu dapat memengaruhi peluangnya untuk mencapai mobilitas sosial. Profesi yang digeluti individu dapat menjadi faktor penentu status sosialnya dalam masyarakat. Posisi pekerjaan yang lebih bergengsi, gaji yang lebih besar, dan tingkat keamanan kerja yang lebih tinggi umumnya memungkinkan individu untuk meningkatkan status sosialnya. Peningkatan karir, seperti mencapai jenjang yang lebih tinggi atau beralih ke profesi yang lebih menjanjikan, merupakan salah satu faktor penting dalam meningkatkan strata sosial seseorang.
 

3. Kekayaan

Kekayaan merupakan faktor penting lain yang berperan dalam meningkatkan status sosial seseorang. Kepemilikan aset, seperti tanah dan investasi, dapat membuka peluang bagi individu untuk mencapai strata sosial yang lebih tinggi. Kekayaan dapat membantu individu mencapai kemandirian finansial dan meningkatkan taraf hidupnya. Disamping itu, memiliki kekayaan memungkinkan individu untuk mendapatkan pendidikan unggulan, layanan kesehatan terdepan, dan komunitas terpandang sehingga meningkatkan mobilitas sosial maupun kelas sosialnya.
 

4. Keluarga dan Latar Belakang Sosial

Latar belakang keluarga dan sosial dapat menjadi landasan bagi individu untuk mencapai strata sosial yang lebih tinggi. Keluarga dengan latar belakang sosial ekonomi mapan umumnya memiliki akses yang lebih mudah terhadap berbagai fasilitas, seperti pendidikan berkualitas, koneksi pergaulan yang luas, dan kesempatan kerja yang menjanjikan. Adapun dukungan dan ikatan kekeluargaan yang kuat juga dapat menjadi motivasi tambahan bagi individu untuk meraih kesuksesan dalam hidup. Sedangkan, latar belakang keluarga yang kurang menguntungkan dapat mempersulit individu untuk mencapai strata sosial yang lebih tinggi.

5. Jaringan Sosial

Jaringan sosial juga menjadi salah satu faktor pendorong mobilitas sosial. Membangun relasi dengan figur berpengaruh dapat membuka pintu menuju pencapaian dan kesuksesan yang gemilang. Contohnya, pekerjaan yang baik maupun kesempatan bisnis yang menguntungkan dapat diperoleh dengan rekomendasi dari seseorang yang berpengaruh. Jaringan sosial yang aktif mampu membuka akses terhadap informasi, sumber daya, dan koneksi yang bermanfaat bagi kehidupan personal maupun profesional.
 

6. Perubahan Struktural dalam Masyarakat

Perubahan struktural dalam ranah sosial, seperti urbanisasi, industrialisasi, dan globalisasi, membuka jalan bagi individu untuk mengalami peningkatan status sosial. Perubahan ini kerap memicu pergeseran struktur ekonomi maupun pasar tenaga kerja, menghadirkan ragam pekerjaan baru, dan membuka celah bagi individu untuk meraih peningkatan status sosial. Di sisi lain, kebijakan pemerintah yang berpihak pada rakyat, seperti perbaikan sistem pendidikan dan ekonomi, dapat menjadi pendorong mobilitas sosial dengan membuka akses yang lebih merata.

7. Keberuntungan

Di luar kontrol manusia, keberuntungan terkadang turut memengaruhi mobilitas sosial. Faktor-faktor seperti perjumpaan dengan orang yang tepat pada waktu yang tak terduga, berada di situasi yang menguntungkan saat kesempatan muncul, atau mengalami kejadian tak terduga yang mengubah hidup, semua itu dapat secara nyata mengubah status sosial seseorang. Keberuntungan sering kali beriringan dengan faktor lain, namun tetap menjadi komponen penting dalam pencapaian mobilitas sosial bagi banyak orang.
 
Demikian penjelasan tentang mobilitas sosial: pengertian, faktor penghambat, dan faktor pendorong. Semoga bermanfaat untuk semua yang membaca postingan ini.
 
Referensi:
 
Raharjo, Agung S.S. 2009. Buku Kantong Sosiologi SMA IPS. Pustaka Widyatama. Sleman.