Curah Hujan: Pengertian, Jenis-Jenis, dan Cara Mengukurnya
Daftar Isi
Curah hujan merupakan bagian penting dalam sistem iklim, yang mencerminkan jumlah air yang turun ke tanah baik sebagai hujan, salju, hujan es, maupun embun dalam periode waktu yang telah ditentukan. Pengukuran curah hujan kerap dilakukan dalam milimeter (mm) untuk setiap hari, bulan, atau tahun, menjadi penunjuk penting yang digunakan dalam kajian hidrologi dan sektor pertanian.
Terbentuknya hujan diawali saat air di permukaan bumi menguap oleh panas matahari, lalu uap air ini naik ke atmosfer, mendingin, kemudian berkondensasi, dan akhirnya menjelma menjadi awan. Apabila tetes-tetes air di dalam awan menjadi cukup berat, partikel-partikel air itu kemudian akan mulai turun ke permukaan bumi dalam bentuk hujan.
A. Pengertian Curah Hujan
Berikut ini beberapa pengertian curah hujan menurut para ahli antara lain.- Menurut Critchfield, curah hujan adalah total volume presipitasi cair yang melingkupi air hujan yang tiba di permukaan bumi selama durasi waktu yang sudah ditentukan, dan angka tersebut tercatat dalam satuan milimeter per hari, bulan, atau tahun.
- Menurut Barry dan Chorley, curah hujan adalah manifestasi dari proses meteorologis di mana uap air dalam udara yang jenuh mendingin dan mengembun, sehingga butiran-butiran air bersatu membentuk tetesan yang akhirnya cukup berat untuk terlepas dan jatuh ke permukaan bumi dalam wujud hujan.
- Menurut John E. Oliver, curah hujan adalah produk akhir dari serangkaian tahapan atmosfer, dimulai dengan pengangkatan massa udara, dilanjutkan dengan penurunan suhu, lalu kondensasi uap air, dan berakhir dengan peristiwa presipitasi.
- Menurut Houghton, curah hujan adalah air yang terhimpun dan jatuh ke permukaan bumi langsung dari atmosfer, menunjukkan peranannya dalam pertukaran energi dan juga aliran uap air di lingkungan bumi.
- Menurut Asdak, curah hujan adalah akumulasi air yang turun ke permukaan bumi dalam bentuk tetesan-tetesan air selama interval waktu tertentu, di mana jumlahnya diukur dan dicatat dalam satuan milimeter.
B. Jenis-Jenis Curah Hujan
Berikut ini dijelaskan mengenai jenis-jenis curah hujan, antara lain.1. Hujan Orografis
Hujan orografis merupakan fenomena yang muncul saat udara lembap didorong ke atas karena harus melewati bentang alam yang meninggi, seperti pegunungan atau bukit. Massa udara yang bergerak naik ke tempat yang lebih tinggi akan mengalami penurunan tekanan serta pendinginan suhu, yang memengaruhi kondisi atmosfer di sekitarnya. Dengan demikian, udara akan mencapai titik jenuh, berujung pada terjadinya kondensasi, yang kemudian berujung pada pembentukan awan dan jatuhnya hujan. Fenomena hujan ini kebanyakan terjadi di lereng pegunungan yang terpapar langsung angin (sisi windward), berbeda dengan sisi yang membelakangi angin (sisi leeward) yang sering mengalami kekeringan atau disebut juga bayangan hujan (rain shadow).2. Hujan Konvektif
Hujan konvektif atau hujan zenithal muncul karena pemanasan permukaan bumi secara menyeluruh oleh pancaran sinar matahari. Karena pemanasan tersebut, udara di permukaan bumi menghangat, bobotnya berkurang, lalu terangkat ke lapisan atmosfer. Saat udara panas ini terangkat, terjadi pendinginan adiabatik, yang lantas mengakibatkan kondensasi dan penciptaan awan. Hujan seperti ini cenderung sangat deras, hanya sebentar, dan seringkali diikuti oleh pemandangan kilat serta suara guntur yang menggelegar. Wilayah tropis sering mengalami hujan konvektif, khususnya pada siang atau sore hari di mana pemanasan oleh sinar matahari berada di titik optimalnya.3. Hujan Frontal
Hujan frontal merupakan fenomena yang muncul saat massa udara panas bersinggungan dengan massa udara dingin, yang masing-masing memiliki suhu dan kepadatan yang tidak sama. Saat massa udara panas berinteraksi dengan massa udara dingin, udara panas yang memiliki kepadatan lebih rendah akan diangkat ke atas oleh udara dingin. Proses ini menciptakan pembentukan suatu daerah yang disebut front, yang dapat berupa front hangat atau juga front dingin, tergantung pada jenis interaksi massa udaranya. Akibat naiknya udara panas, terjadi pendinginan dan pengembunan, yang selanjutnya menghasilkan awan dan akhirnya turunlah hujan. Hujan frontal biasanya berlangsung lebih lama dan meliputi area yang luas secara merata, seringkali terjadi di daerah beriklim sedang, misalnya di Eropa dan Amerika Utara.4. Hujan Buatan
Hujan buatan bukan peristiwa alam, melainkan sebuah produk campur tangan manusia yang menggunakan teknologi untuk memengaruhi kondisi cuaca. Pembuatan hujan biasanya dilakukan dengan menyemprotkan bahan kimia spesifik, contohnya perak iodida (AgI) atau garam dapur (NaCl), langsung ke awan melalui pesawat udara. Zat ini berfungsi sebagai inti kondensasi, mendorong pembentukan butiran air di awan sampai kemudian air tersebut jatuh dalam bentuk hujan. Tujuan dari hujan buatan meliputi penanganan kekeringan, penambahan volume air di waduk, atau penurunan pencemaran udara, dan praktek ini lazim diterapkan di area yang sering dilanda kekeringan atau kebakaran hutan.5. Hujan Muson
Hujan muson, yang juga dikenal sebagai hujan musim, terbentuk karena adanya pergeseran angin muson yang memindahkan uap air dari laut ke area daratan dalam lingkup yang luas. Adapun udara lembap dari Samudra Hindia dibawa oleh angin muson barat daya ke daratan Asia, termasuk Indonesia, yang kemudian memicu musim hujan di kawasan Asia Tenggara. Kebalikannya, musim kemarau biasa terjadi tatkala angin muson timur laut bertiup dari daratan menuju laut, tanpa membawa banyak uap air. Karena sifatnya yang periodik, hujan muson dapat diramalkan dengan mengacu pada pergeseran letak matahari dan pola sirkulasi atmosfer di seluruh bumi.C. Cara Mengukur Curah Hujan
Mengukur curah hujan adalah tindakan penting dalam meteorologi dan hidrologi, ditujukan untuk mendapatkan data mengenai kuantitas air hujan yang turun di suatu area selama jangka waktu tertentu. Penakar hujan atau ombrometer termasuk perangkat yang paling sering digunakan dalam pengukuran curah hujan. Penakar hujan standar yang berbentuk silinder ini diletakkan di lokasi terbuka, tujuannya agar air hujan bisa tertampung dengan langsung. Setelah tertampung, air hujan akan diukur volumenya lalu dikonversi menjadi satuan milimeter (mm) dan perlu diketahui bahwa 1 mm curah hujan memiliki nilai yang sama dengan 1 liter air pada luasan 1 meter persegi. Pengukuran kerap dikerjakan setiap hari pada waktu yang sama, tujuannya untuk memastikan data yang terkumpul memiliki keteraturan dan keakuratan.Tak hanya penakar hujan manual, teknologi modern juga menawarkan penakar hujan otomatis yang dilengkapi sensor sehingga data dapat terekam seketika. Di stasiun cuaca dan sistem pengamatan cuaca otomatis, alat ini sering sekali dipakai untuk pengambilan data. Ada pula sistem yang sudah terhubung dengan satelit dan radar cuaca, mampu memprediksi curah hujan dalam cakupan luas dan tanpa henti. Data curah hujan yang terkumpul memiliki nilai manfaat tinggi untuk berbagai tujuan, seperti peramalan banjir, perencanaan sistem irigasi, dan penelitian tentang perubahan iklim. Dengan demikian, penting sekali menjaga ketelitian dan konsistensi dalam setiap pengukuran, guna menghasilkan data yang kredibel serta berguna untuk dasar penentuan suatu hal.
Referensi:
Tallar, Robby Yussac. 2023. Dasar-Dasar Hidrologi Terapan. Penerbit Ideas Publishing. Gorontalo.