Cerita Rakyat: Pengertian, Fungsi, dan Jenis-Jenis

Table of Contents
Cerita rakyat merupakan legenda atau histori yang ada dan menyebar di lingkup masyarakat, dituturkan secara berulang dari suatu masa ke masa berikutnya secara verbal. Di dalamnya terdapat nilai kultur, kepercayaan spiritual, tata krama, dan orientasi sekelompok orang di waktu silam.
 
 
Sebagian besar cerita rakyat digunakan bukan hanya untuk memberikan kesenangan, tetapi juga sebagai pembelajaran moral, norma sosial, dan nilai-nilai rohani bagi masyarakat luas. Pelajaran mengenai kebijaksanaan, kejujuran, keberanian, dan perlunya menghormati hubungan antara manusia dan alam diwariskan kepada publik melalui cerita rakyat.

A. Pengertian Cerita Rakyat

Berikut ini beberapa pengertian cerita rakyat menurut para ahli antara lain.
  • Menurut James Danadjaja, cerita rakyat adalah kekayaan dari kebudayaan suatu kelompok yang menyebar dan diberikan dari satu angkatan ke angkatan berikutnya, baik secara verbal maupun simbol gerakan.
  • Menurut Alan Dundes, cerita rakyat adalah komponen utama dari kebudayaan suatu kelompok yang berupa kisah-kisah yang dituturkan dari mulut ke mulut.
  • Menurut William R. Bascom, cerita rakyat adalah jenis sastra yang disampaikan secara lisan dan kegunaannya untuk menyenangkan audiens, memberikan edukasi, dan memastikan norma budaya tetap ada.
  • Menurut Richard M. Dorson, cerita rakyat adalah cerminan tradisi sosial yang memperlihatkan kearifan, etika, dan keyakinan suatu masyarakat, yang tetap hidup melalui narasi, legenda, atau mitos.
  • Menurut Stith Thompson, cerita rakyat adalah cerita tradisional yang bersemayam di benak semua individu dan disampaikan secara verbal dari satu generasi ke generasi berikutnya.

B. Fungsi Cerita Rakyat

Berikut ini beberapa fungsi dari cerita rakyat antara lain.

1. Memiliki Fungsi sebagai Sarana Pendidikan Moral dan Nilai

Cerita rakyat berfungsi sebagai sarana pendidikan moral yang menyampaikan nilai kebaikan kepada seluruh masyarakat, khususnya penerus bangsa. Kisah yang menyisipkan ajaran moral (seperti integritas, keberanian, kegigihan, dan sikap hormat pada orang tua) mengedukasi masyarakat agar mampu memilah perilaku yang benar dan yang salah. Misalnya, kisah Malin Kundang menggambarkan konsekuensi menentang orang tua, dan cerita Timun Mas menunjukkan pentingnya akal untuk mengatasi kesulitan. Jadi, cerita rakyat menawarkan sarana yang bermanfaat untuk menanamkan nilai-nilai moral dengan metode yang ringan dan menarik.

2. Memiliki Fungsi sebagai Sarana Pelestarian Budaya

Cerita rakyat juga memegang peranan utama untuk mempertahankan dan melestarikan Budaya tradisional yang dimiliki oleh tiap-tiap daerah. Cerita yang diteruskan secara berlanjut memungkinkan masyarakat untuk merawat identitas budaya, berupa bahasa, adat, serta keyakinan yang bersifat tradisional. Unsur-unsur lokal seperti tempat, tokoh, dan budaya masyarakat sering terdapat dalam cerita rakyat, dan hal ini berkontribusi besar dalam menolong anak cucu memahami tradisi budaya dari pendahulu. Peran ini begitu mendasar untuk memastikan ajaran dan tradisi warisan tidak lenyap akibat kemajuan teknologi.

3. Memiliki Fungsi sebagai Hiburan dan Rekreasi

Peran cerita rakyat tidak terbatas pada aspek moral dan budaya, melainkan juga sebagai tempat untuk memberikan hiburan kepada masyarakat. Pada zaman dahulu, sebelum teknologi berkembang, warga sering bersama pada waktu malam dan menyimak kisah-kisah rakyat yang disampaikan oleh sesepuh atau pemimpin desa. Narasi ini juga berfungsi untuk menyenangkan audiens, menghilangkan rasa letih seusai bekerja, dan meningkatkan persaudaraan di antara individu dalam kelompok. Memanfaatkan alur yang bagus dan unsur fantasi, cerita rakyat berperan sebagai rekreasi yang tidak cuma membuat gembira, namun juga memberikan pengajaran.

4. Memiliki Fungsi sebagai Alat Pemersatu Sosial

Cerita rakyat berfungsi untuk mempertebal semangat solidaritas dan kesatuan yang terjalin di dalam suatu masyarakat. Karena cerita ini telah diakui bersama dan menjadi harta budaya bersama, masyarakat akhirnya menemukan identitas yang setara dan rasa bangga terhadap warisan. Dampaknya, cerita ini menumbuhkan rasa keterhubungan yang mempererat solidaritas antar individu, khususnya di masyarakat yang memegang tradisi. Oleh karena itu, cerita rakyat berperan sebagai sarana sosial yang mempererat persaudaraan dan keakraban sesama anggota suatu masyarakat.

5. Memiliki Fungsi sebagai Sumber Inspirasi dan Kreativitas

Cerita rakyat juga dapat dijadikan sumber inspirasi dan gagasan bagi banyak karya seni dan budaya masa kini. Banyak profesional seni, sastra, dan sutradara film mengambil cerita-cerita rakyat untuk mengembangkan karya terkini yang lebih berkaitan dengan situasi saat ini. Adapun imajinasi dan kreativitas dapat ditingkatkan dengan menggunakan nilai-nilai simbolik dan kisah pahlawan yang terdapat dalam cerita rakyat. Dengan begitu, kisah-kisah rakyat bukan hanya dianggap warisan zaman dahulu, melainkan juga menjadi sumber gagasan yang aktif dan tumbuh dalam bidang kesenian maupun sastra.

6. Memiliki Fungsi sebagai Media Penyampai Kepercayaan dan Pandangan Hidup

Cerita rakyat umumnya merefleksikan kepercayaan, dongeng, serta filosofi hidup suatu kelompok di masa lampau. Cerita-cerita itu mengungkapkan penjelasan terhadap kejadian alam, sejarah suatu daerah, dan energi spiritual yang diyakini oleh warga setempat. Di sisi lain, generasi sekarang dapat mengetahui pandangan hidup dan sistem keyakinan para leluhur melalui kisah-kisah ini. Jadi, cerita rakyat memiliki fungsi penting sebagai sarana untuk memahami sejarah spiritual dan konsep hidup masyarakat yang masih tradisional.

C. Jenis-Jenis Cerita Rakyat

Berikut ini beberapa jenis dari cerita rakyat antara lain.

1. Mite (Mitos)

Mitos adalah sebuah cerita rakyat yang menjelaskan fenomena gaib, keramat, dan kepercayaan suatu kelompok pada makhluk spiritual atau dewa-dewi. Jenis cerita ini diyakini sebagai kebenaran oleh warga setempat karena menyinggung awal mula dunia, manusia, bumi, dan kekuatan spiritual. Kisah-kisah mitos umumnya digunakan untuk menguraikan peristiwa alam atau kejadian yang tidak bisa diterima logika di masa silam. Misalnya, cerita Dewi Sri, sosok dewi pemberi kesuburan di tradisi Jawa, dipercaya mendatangkan kebaikan untuk panen padi.  Dengan adanya mitos, suatu kelompok berusaha mencapai keselarasan antara manusia, alam, dan kepercayaan spiritual.

2. Legenda

Legenda adalah cerita rakyat yang dipercaya sebagai peristiwa nyata di masa lampau, walaupun tidak disertai fakta sejarah yang memadai. Cerita ini sering berhubungan dengan riwayat suatu tempat, benda, atau momen bersejarah yang berarti bagi masyarakat. Unsur historis dalam legenda umumnya disatukan dengan fantasi dan keyakinan masyarakat daerah tersebut. Contohnya, kisah legenda Tangkuban Perahu yang bercerita tentang sejarah gunung tersebut di wilayah Jawa Barat. Selain menyajikan hiburan, legenda juga berfungsi sebagai sarana utama dalam memberikan pelajaran moral dan pengingat penting akan sejarah setempat.

3. Sage

Sage adalah jenis cerita rakyat berlatar belakang sejarah yang seringkali menuturkan riwayat pahlawan atau individu penting yang memberikan kontribusi. Jika dibandingkan dengan legenda, Sage mempunyai aspek historis yang lebih meyakinkan dan sering mengajarkan nilai-nilai heroik, keberanian, serta rela berkorban. Meskipun memuat unsur tidak asli, kisah sage selalu merefleksikan peristiwa historis yang benar-benar ada. Misalnya, cerita Ken Arok dan Ken Dedes yang tercatat dalam sejarah Singhasari, yang memperlihatkan kekuatan, keinginan kuat, dan perebutan tahta. Melalui Sage, rasa cinta tanah air dapat ditingkatkan, sekaligus menghargai jasa tokoh-tokoh penting dalam sejarah bangsa.

4. Fabel

Fabel adalah salah satu cerita rakyat yang menggunakan binatang sebagai karakter utama yang bertingkah mirip manusia. Tokoh-tokoh satwa dalam fabel mempunyai sifat, emosi, dan kebijaksanaan yang dapat menjadi cerminan dari tingkah laku manusia sehari-hari. Kisah ini menyampaikan ajaran moral atau nasihat tentang hal-hal yang benar dan salah. Contohnya, fabel Kancil dan Buaya mengandung ajaran tentang cara bersikap cerdik ketika berhadapan dengan bahaya besar. Di samping itu, masyarakat memanfaatkan fabel sebagai sarana untuk menanamkan etika kepada anak-anak, supaya terbiasa memilah kebaikan dan keburukan.

5. Dongeng (Folktale)

Dongeng adalah jenis cerita rakyat yang isinya khayalan belaka dan memiliki peran terpenting untuk membuat para pendengar merasa bahagia. Waktu dan tempat dalam dongeng bersifat fleksibel atau tidak pasti, dan cerita ini tidak dipandang sebagai fakta. Di samping itu, dongeng umumnya menyampaikan nilai-nilai etika, serta pentingnya kejujuran dan keadilan. Contohnya saja, dongeng Bawang Merah dan Bawang Putih di Indonesia memberikan pelajaran tentang betapa berharganya hati yang baik dan sifat jujur. Melalui dongeng, dapat ditanamkan pendidikan karakter serta prinsip-prinsip sosial yang dibutuhkan oleh suatu kelompok.

6. Cerita Jenaka

Cerita jenaka adalah jenis cerita rakyat yang mencakup unsur lelucon dan kritikan terhadap kelakuan manusia dalam interaksi sosial. Melalui cerita ini, masyarakat biasa mengkritik kebodohan, kemalasan, atau ketidakadilan dengan gaya yang lucu dan membuat tertawa. Tokoh yang ditampilkan dalam cerita jenaka umumnya memiliki sifat cerdik, jujur, atau curang, contohnya Si Kabayan dan Pak Belalang dari daerah masing-masing. Cerita jenaka memberikan manfaat sebagai hiburan dan sarana pendidikan moral lewat sindiran yang mudah dicerna.

7. Foklor Religius

Foklor religius adalah cerita rakyat yang memuat hal-hal keagamaan, pribadi yang mulia, atau kejadian rohani yang dirasakan warga. Kisah ini biasanya berfungsi untuk menguatkan keyakinan serta nilai-nilai moral yang diturunkan oleh agama. Contohnya saja kisah Wali Songo, yang memperkenalkan agama Islam di Jawa melalui jalan perdamaian dan kebijaksanaan yang mendalam. Cerita jenis ini sangat berarti untuk memupuk nilai spiritual dan moral dalam aktivitas keseharian warga.

Referensi:
 
Dikutip dari berbagai sumber.